Pada pertemuan terakhir kita telah menyelesaikan hak yang kedua yaitu tentang hak memenuhi undangan. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas hak yang ketiga, yaitu menyampaikan nasehat. Apalagi jika ada orang yang meminta nasehat, maka harus, wajib hukumnya untuk kita sampaikan nasehat kepadanya. Baik tentang masalah dunia maupun masalah akherat.
Contoh meminta nasehat masalah ukhrowi
(akherat)
Contoh
nasehat tentang akherat. Ada saudara yang bertanya pada kita; “Cara takbir yang
benar sih gimana? Atau misalnya dia tanya sama kita, puasa yang disunnahkan
oleh Rasulullah si apa saja? Pati geni termasuk ga?. Atau dia tanya masalah
zakat misalnya, saya punya duit segini zakatnya berapa ya? Kalau ada orang yang
tanya sama kita dalam masalah ukhrowi, masalah ibadah, masalah hukum islam,
maka kita harus menjawab dengan jawaban yang kita yakini benar. Tidak boleh
kita asal-asalan menjawab, “kayane kaya
kiye”, itu tidak boleh. Atau “kira-kira seperti ini”. Masalah halal dan
haram itu tidak boleh kira-kira. “Kira-kira,
carane nyong kaya kiye”. Waduh..bubar kalau begitu caranya.
Terus
bagaimana yang benar?
Kalau kita
tidak tahu, bilang saja “saya tidak tahu”. Kalau ada yang tanya masalah agama,
sedangkan kita tidak faham, dan kita tidak yakin bahwa kita tahu maka katakan
tidak tahu. Ya apa ora isin(apa tidak malu)”. Justru kalau kita
mengatakan tidak tahu itu kita telah memberikan jawaban yang terbaik buat dia.
Dengan kita mengatakan tidak tahu itu lebih baik daripada kita mengatakan
sesuatu yang sebenarnya kita tidak tahu. Karena bukan menunjukkan kepada
kebenaran tetapi malah menunukkan sesuatu yang keliru alias menyesatkan.
Maka kalau
kita tidak tahu katakan saja tidak tahu. Syukur-syukur kita bisa memberikan
alternatif, misal, Saya tahu ada orang yang bisa menjawab pertanyaan kamu,
orangnya memang punya kompetensi dalam masalah yang kamu tanyakan itu, nih saya
punya nomernya, atau saya punya e-mailnya, atau saya punya alamatnya, silahkan
datang kesana. Itu lebih baik, daripada kita menjawab sesuatu yang kita tidak
tahu jawabannya. Ini contoh masalah ukhrowi.
Contoh
masalah ukhrowi yang lain misal ada orang yang bertanya : “kajian yang bagus
sih dimana?”. Maka kita harus tunjukkan kepada dia, betul-betul tempat yang recomended, yang betul-betul sangat
direkomendasikan untuk bisa dihadiri. Tidak boleh kita mengatakan, “Kayane nang kana ana pengajian, Ya..
dimana-mana ada pengajian. Akan tetapi sebaiknya kita tahu persis tentang
pengajian tersebut, atau berdasarkan informasi orang yang hadir di pengajian
tersebut dan kita percaya pada orang tersebut bahwa orang tersebut selektif
memilih kajian, tidak ngasal maka
kita tunjukkan tempat tersebut.
Atau contoh
lain, ada orang yang tanya, pondok yang bagus buat anak saya dimana ya? Atau
sekolah Islam yang bagus dimana? Kalau kita memang tahu persis, maka tunjukkan
“O..disana bagus, saya tahu ustad nya berkualitas dll....Ini adalah contoh
dalam masalah ukhrowi.
Contoh meminta nasehat masalah dunia
1.
Ada orang yang bertanya pada kita masalah
pekerjaan, “Eh, gimana menurut kamu pekerjaan disitu bagus tidak, menghasilkan
tidak?”. Kalau kita tahu bahwa pekerjaan disitu bagus maka jawablah, pekerjaan
disitu sangat bagus, itu menguntungkan sekali. Atau kalau kita tahu bahwa
pekerjaan disitu akan merugikan dia, maka kita katakan. “O, jangan, itu rugi, saya pernah mengalami”. Jangan malah
sebaliknya, lah, biar dia merasakan apa yang saya alami, biar dia merasakan
rugi seperti saya. Jangan, tidak boleh dalam Islam seperti itu. Jadi kalau kita
yakin betul bahwasanya ini akan merugikan katakan merugikan . Karena dia tanya sama kita
dan dia butuh nasehat kita maka kita harus memberikan nasehat kepadanya. Atau
misalnya pekerjaan itu ada plus minusnya,ada positif dan negatifnya. maka kita harus jelaskan apa adanya. O, itu
pekerjaan minusnya disitu..Kalau kamu kerja dipabrik anu, kelebihannya ini,
kekurangannya itu, kemudian kita bantu untuk nimbang-nimbang. Antara kelebihan
dan kekurangannya mana yang dominan. Antara positif dan negatifnya mana yang
lebih besar. O...menurut saya sebaiknya kamu bekerja di pabrik itu, walaupun
ada kekurangannya tetapi kelebihannya lebih banyak, lebih dominan.
2.
Contoh yang lain, misalnya. Ada teman yang bertanya pada kita, “Eh, saya
mau rekanan bisnis sama si fulan, kamu kan pernah bisnis sama si fulan, itu
bagaimana orangnya?”. Kalau kita tahu bahwa si fulan ini kalau berhutang pinjem
sama kita tetapi saat diminta mengembalikan susah sekali, suka ngeles. Si Fulan ini saya pernah bisnis
sama dia hasilnya kacau, sukanya ngambil barang tapi ndak mau bayar, jangan
sama dia. Harus kita jelaskan.
3.
Atau misalnya ada orang yang mau besanan. Orang tersebut tanya sama kita,
gimana kira-kira orangnya, kalau kita tahu bahwa calon besannya bagus maka
katakan bagus. Atau ada yang meminta informasi sama kita tentang teman kita
(teman kerja, teman kantor, teman pengajian, tetangga, teman kos, dll). karena
orang tersebut mau menikah dengan teman kita.
Bersambung..
Kajian Ba'da Maghrib
oleh Ustad Abdullah Zaen, MA
Masjid Jenderal Soedirman Purwokerto
Jum'at, 20 November 2015
0 Response to "Apalagi ada orang yang meminta nasehat, maka nasehatilah...(part 1)"
Post a Comment