Apalagi ada orang yang meminta nasehat, maka nasehatilah...(part 1)



Pada pertemuan terakhir kita telah menyelesaikan hak yang kedua yaitu tentang hak memenuhi undangan. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas hak yang ketiga, yaitu menyampaikan nasehat. Apalagi jika ada orang yang meminta nasehat, maka harus, wajib hukumnya untuk kita sampaikan nasehat kepadanya. Baik tentang masalah dunia maupun masalah akherat.

Contoh meminta nasehat masalah ukhrowi (akherat)

Contoh nasehat tentang akherat. Ada saudara yang bertanya pada kita; “Cara takbir yang benar sih gimana? Atau misalnya dia tanya sama kita, puasa yang disunnahkan oleh Rasulullah si apa saja? Pati geni termasuk ga?. Atau dia tanya masalah zakat misalnya, saya punya duit segini zakatnya berapa ya? Kalau ada orang yang tanya sama kita dalam masalah ukhrowi, masalah ibadah, masalah hukum islam, maka kita harus menjawab dengan jawaban yang kita yakini benar. Tidak boleh kita asal-asalan menjawab, “kayane kaya kiye”, itu tidak boleh. Atau “kira-kira seperti ini”. Masalah halal dan haram itu tidak boleh kira-kira. “Kira-kira, carane nyong kaya kiye”. Waduh..bubar kalau begitu caranya.
Terus bagaimana yang benar?

Kalau kita tidak tahu, bilang saja “saya tidak tahu”. Kalau ada yang tanya masalah agama, sedangkan kita tidak faham, dan kita tidak yakin bahwa kita tahu maka katakan tidak tahu. Ya apa ora isin(apa tidak malu)”. Justru kalau kita mengatakan tidak tahu itu kita telah memberikan jawaban yang terbaik buat dia. Dengan kita mengatakan tidak tahu itu lebih baik daripada kita mengatakan sesuatu yang sebenarnya kita tidak tahu. Karena bukan menunjukkan kepada kebenaran tetapi malah menunukkan sesuatu yang keliru alias menyesatkan.

Maka kalau kita tidak tahu katakan saja tidak tahu. Syukur-syukur kita bisa memberikan alternatif, misal, Saya tahu ada orang yang bisa menjawab pertanyaan kamu, orangnya memang punya kompetensi dalam masalah yang kamu tanyakan itu, nih saya punya nomernya, atau saya punya e-mailnya, atau saya punya alamatnya, silahkan datang kesana. Itu lebih baik, daripada kita menjawab sesuatu yang kita tidak tahu jawabannya. Ini contoh masalah ukhrowi.

Contoh masalah ukhrowi yang lain misal ada orang yang bertanya : “kajian yang bagus sih dimana?”. Maka kita harus tunjukkan kepada dia, betul-betul tempat yang recomended, yang betul-betul sangat direkomendasikan untuk bisa dihadiri. Tidak boleh kita mengatakan, “Kayane nang kana ana pengajian, Ya.. dimana-mana ada pengajian. Akan tetapi sebaiknya kita tahu persis tentang pengajian tersebut, atau berdasarkan informasi orang yang hadir di pengajian tersebut dan kita percaya pada orang tersebut bahwa orang tersebut selektif memilih kajian, tidak ngasal maka kita tunjukkan tempat tersebut.

Atau contoh lain, ada orang yang tanya, pondok yang bagus buat anak saya dimana ya? Atau sekolah Islam yang bagus dimana? Kalau kita memang tahu persis, maka tunjukkan “O..disana bagus, saya tahu ustad nya berkualitas dll....Ini adalah contoh dalam masalah ukhrowi.

Contoh meminta nasehat masalah dunia

1.                 Ada orang yang bertanya pada kita masalah pekerjaan, “Eh, gimana menurut kamu pekerjaan disitu bagus tidak, menghasilkan tidak?”. Kalau kita tahu bahwa pekerjaan disitu bagus maka jawablah, pekerjaan disitu sangat bagus, itu menguntungkan sekali. Atau kalau kita tahu bahwa pekerjaan disitu akan merugikan dia, maka kita katakan. “O, jangan, itu  rugi, saya pernah mengalami”. Jangan malah sebaliknya, lah, biar dia merasakan apa yang saya alami, biar dia merasakan rugi seperti saya. Jangan, tidak boleh dalam Islam seperti itu. Jadi kalau kita yakin betul bahwasanya ini akan merugikan  katakan merugikan . Karena dia tanya sama kita dan dia butuh nasehat kita maka kita harus memberikan nasehat kepadanya. Atau misalnya pekerjaan itu ada plus minusnya,ada positif dan negatifnya.  maka kita harus jelaskan apa adanya. O, itu pekerjaan minusnya disitu..Kalau kamu kerja dipabrik anu, kelebihannya ini, kekurangannya itu, kemudian kita bantu untuk nimbang-nimbang. Antara kelebihan dan kekurangannya mana yang dominan. Antara positif dan negatifnya mana yang lebih besar. O...menurut saya sebaiknya kamu bekerja di pabrik itu, walaupun ada kekurangannya tetapi kelebihannya lebih banyak, lebih dominan.

2.                     Contoh yang lain, misalnya.  Ada teman yang bertanya pada kita, “Eh, saya mau rekanan bisnis sama si fulan, kamu kan pernah bisnis sama si fulan, itu bagaimana orangnya?”. Kalau kita tahu bahwa si fulan ini kalau berhutang pinjem sama kita tetapi saat diminta mengembalikan susah sekali, suka ngeles. Si Fulan ini saya pernah bisnis sama dia hasilnya kacau, sukanya ngambil barang tapi ndak mau bayar, jangan sama dia. Harus kita jelaskan. 
3.                    Atau misalnya ada orang yang mau besanan. Orang tersebut tanya sama kita, gimana kira-kira orangnya, kalau kita tahu bahwa calon besannya bagus maka katakan bagus. Atau ada yang meminta informasi sama kita tentang teman kita (teman kerja, teman kantor, teman pengajian, tetangga, teman kos, dll). karena orang tersebut mau menikah dengan teman kita.

Bersambung..

_____________________________________
Kajian Ba'da Maghrib
oleh Ustad Abdullah Zaen, MA
Masjid Jenderal Soedirman Purwokerto
Jum'at, 20 November 2015


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apalagi ada orang yang meminta nasehat, maka nasehatilah...(part 1)"

Post a Comment